.



SEJARAH KOTA CIMAHI



AIR yang cukup. Demikian arti Cimahi. Makna bagi kota Cimahi, tentu saja sebagai sebuah kota yang berkecukupan air.  Dalam sebuah nukilan sejarah tertulis pula bahwa di masa lampau, berabad silam, Cimahi bernama Cilokotot yang berarti enceng gondok namun akhirnya nama Cimahi terasa lebih indah.  Dalam Wajah Bandoeng Tempo Doeloe, Haryoto Kunto menyebutkan, Abraham van Riebeeck jadi orang Belanda pertama yang membawa benih kopi ke Pulau Jawa, yaitu awal tahun 1700-an.

Tentu saja di masa itu Cimahi masih berupa hutan sampai akhirnya Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels berencana membuat jalan sepanjang Anyer-Panarukan. Cimahi merupakan salah satu kota  yang dilalui Jalan Raya Pos sepanjang 1.000 km itu. Kemudian, di pertengahan abad 19 itulah Cimahi makin mentereng. Belanda ingin memusatkan militernya di Bandung, maka disiapkanlah satu kawasan yang jadi pusatnya. Dan itu adalah Cimahi. Cimahi menjadi garnisun militer terbesar di Hindia Belanda.

Maka jika hingga kini Cimahi begitu kental nuansa loreng hijau, itu karena perjalanan panjang sejarah kota ini menjadi kota militer, pusat pertahanan Belanda. Selain RS Dustira, rumah tahanan militer,   termasuk juga pemakaman Leuwigajah, rumah-rumah yang masih bernuansa Belanda, Stasiun Cimahi, dan masih banyak lagi yang bisa ditelusuri untuk kemudian dibenahi menjadi atraksi wisata sejarah, khususnya sejarah militer. Cimahi di masa kolonial tentu agak berbeda ketika berada di bawah kekuasaan Jepang.

Nio Joe Lan, menuliskan pengalamannya berpindah dari penjara di Boekit Doeri hingga dipindah ke kamp di Tjimahi selama sekitar 1,5 tahun mulai 16 Februari 1944 – 27 Agustus 1945 pada buku  Dalem Tawanan Djepang.  “Lampoe-lampoe terang di satoe stasioen. Kreta api brenti. Kita dapet prentah boeat toeroen – sasoeda doedoek berdesakan 1 hari 1 malem sampe kaki kakoe. Papan bord berboenji: Tjimahi.”  Itu kisah kala pertama kali ia masuk Cimahi setelah mendekam di Serang. Setelah mendekam  di dalam penjara, tentu berbeda berada di kamp, di mana ia bisa melihat rumput. “Boekan dalem boei lagi…Depan kamar saja ada satoe lapangan roempoet berdampingan sama satoe straat…Tida jaoe dari kamar saja… Ada tembok dengen perkatahan… Centrale Keuken atawa Dapoer Poesat dengen di kanan pengoendjoekan 4de Bataljon (Bataljon k- 8) dan di kiri 9de Bataljon (Bataljon ke-9)…

Kisah Nio di zaman Jepang ini tentu juga bisa jadi pegangan bagi wisatawan atau yang ingin mengenang dirinya, mengenang orangtua, kerabat, siapapun tentang kamp Tjimahi . Tentu saja , sekali lagi, diperlukan kata yang satu dari berbagai pihak tertentu dalam rangka menarik wisatawan ke kota kecil yang bersejarah ini, yang pada akhirnya, dari wisata sejarah saja, akan membawa kesejahteraan pada warga kota ini seperti  arti Cimahi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS